spoon

James Blog

Karir

0

Category :


"Profesi hanyalah sebuah kata kecil yang tidak bisa mendeskripsikan sebuah identitas secara utuh." - K-ray Cahyadi

What's your job? What you do for a living? Ini adalah kalimat yang paling sering diucapkan oleh orang baru. Lalu kita akan menjawabnya dengan profesi kita. Dosen, pedagang, karyawan, dokter, desainer, manajer, atau pengusaha. Itu adalah contoh dari beberapa jawaban yang paling umum diberikan. Dunia ini memandang kita dari profesi kita, dan profesi kita menjadi bagian dari gambar diri kita.

Beberapa orang semakin tertarik ketika mendengar jawaban profesi yang "wah" seperti manajer, dokter, pengusaha, desainer atau profesi yang memiliki prestise dan posisi bergengsi tersendiri. Sementara profesi lain yang kurang menarik seperti pedagang, satpam, cleaning service, tukang sampah, dll adalah sebuah "kartu mati" yang bisa langsung mematikan percakapan dan minat si penanya. Jawaban tentang profesi hanya berujung pada dua hal, yang pertama adalah si penanya akan menaruh penghargaan lalu percakapan akan berlanjut menjadi sebuah hubungan. Atau hal kedua yang terjadi adalah penanya akan menjaga jaraknya bahkan langsung menutup pintu kesempatan untuk sebuah hubungan. Dalam hati beberapa berkata, "Wah, cuma satpam..." Lalu, "Wah, ga kuliah." Atau, "Wah, kuliahnya ga selesai." Dan masih banyak lagi reaksi sejenis yang mengisi kepala penanya.

Sistem dunia kita tidak memberikan perhatian untuk orang-orang yang dianggap memiliki sedikit sekali peran. Mereka disisihkan, tidak dipandang, tidak diperhatikan, dan disepelekan. Pekerjaan yang mereka lakukan dianggap hina, dan mereka dianggap sebagai orang-orang yang kurang signifikan. Dunia ini hanya suka melihat yang indah-indah, cerita-cerita muluk tentang sebuah kekayaan, dan itu terbukti dari banyak sinetron kita yang sangat tidak realistis menggambarkan kehidupan. Kita terus-menerus dibombardir oleh pola hidup konsumerisme melalui berbagai macam iklan dan produk yang memacu semangat belanja dan hedonisme.

Apakah sebuah profesi dapat mendefinisikan seseorang? Pantas dan berhakkah kita membuat sebuah definisi mengenai seseorang dari profesinya? Saya pernah sekali membaca dari artikel teman saya, bahwa di dalam kubur ada berton-ton talenta dan potensi yang tidak dikembangkan. Kenapa? Bagaimana hal ini bisa terjadi? Mengapa begitu banyak orang tidak sempat mengembangkan dan memajukan kemampuan dan skill mereka? Orang-orang yang tidak memiliki kemampuan akan tergeser dan tersingkir, mengapa mereka tidak bisa berkembang? Karena kita diprogram untuk mendefinisikan seseorang melalui profesinya, kita menganggap profesi seseorang sebagai jawaban tunggal dari ringkasan seluruh identitasnya.
Matius 7:1-2
"Janganlah kamu menghakimi saudaramu, supaya kamu tidak dihakimi.Karena penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu."

Kita terlalu sering membuat prasangka dan menghakimi skill dan kemampuan seseorang dari profesi mereka. Apakah profesi? Hanya sebuah kata, dapatkah dia memberikan gambaran utuh tentang identitas seseorang? Identitas seseorang lebih dari kata-kata, meliputi cara berpikir, pola hidup, prinsip-prinsipnya, nilai yang dianutnya, kepercayaan yang dimilikinya, bagaimana mereka bertingkah laku, emosi yang dimilikinya, talenta yang dimilikinya, dll.

Banyak sekali orang di luar sana yang tidak bisa mengembangkan dirinya akibat kungkungan dari prejudice tentang profesi mereka. Profesi mereka yang tidak bergengsi membuat mereka minder dan merasa tidak berguna. Banyak sekali kita dengar kisah sukses seseorang yang benar-benar merangkak dari "bawah". Dunia ini hanya kenal dia saat dia sudah jadi "orang", masalahnya apakah dia tidak dilahirkan sebagai orang? Dari awal mula dia terlahir dia adalah orang, hanya saja pengakuan sebagai "orang" baru datang saat dia sudah menjadi "besar". Banyak dari kita tidak mengetahui, sebelum dia "dimanusiakan" dia harus banyak menahan diri untuk menolak semua prejudice dan judge dari dunia ini. Dia terus-menerus dicibir, dianggap gila, tidak waras, tidak masuk akal, dll.

Lalu apakah yang bisa membuat mereka berubah bangkit dan menjadi pencetak sejarah? Apakah itu semua terjadi otomatis? Mereka punya satu bab kisah perjalanan hidup yang sama. Mereka mengalami kebangkitan semangat yang sama. Apakah yang membuat semangat yang membara, membuat mereka pantang menyerah dan terus berusaha?
Mengapa Wilbur Wright dan Orville Wright penemu pesawat terbang berani mencoba melawan hukum gravitasi? Mengapa juga Graham Bell terus berusaha menciptakan telepon meski bercakap-cakap jarak jauh dianggap mustahil di zaman itu? Mengapa Einstein yang dianggap idiot saat SD bisa menciptakan hukum kekekalan energi dan relatifitas? Mengapa Soichiro Honda pendiri Honda mampu terus berinovasi meski dia dianggap montir gila yang tidak cukup sekolah?

Karena pada suatu waktu di dalam hidup mereka ada seseorang yang mau untuk percaya akan kemampuan orang-orang itu. Mereka melihat potensi orang-orang itu meski si empunya potensi tidak menyadari keberadaan potensi mereka. Rasa percaya itu yang membuat mereka (pemilik potensi) bangkit dan percaya diri. Supporter itu melakukan bagian mereka dengan senang hati, mereka terus memberikan semangat, meski mereka tahu semua kebaikan akhirnya hanya dirasakan oleh si empunya potensi. Mereka setia bekerja di balik layar, menjadi penyandang dana, penyuplai bahan baku, dll. Meskipun awalnya mereka belum melihat hasil pastinya. Mereka mempercayai apa yang tidak atau belum mereka lihat.

Apakah kita akan terus mengikuti pola-pola dunia ini yang hanya menghargai dan menggambarkan identitas seseorang dari sebuah kata yang menggambarkan profesi? Ataukah kita mau untuk mulai belajar menghargai mereka? Ini bukan tentang profesi seseorang, tapi BAGAIMANA mereka melakukannya. Ini bukan tentang apa yang mereka lakukan, tapi KENAPA mereka melakukannya. Ini bukan tentang apa yang mereka lakukan, tapi juga APALAGI YANG DAPAT mereka lakukan. Mengenal seseorang sebagai pribadi yang utuh. Bukan hanya memberi sebuah label identitas dari profesinya.

Mereka lebih dari seorang satpam, mereka lebih dari pedagang, lebih dari clening service. Jauh di lubuk hati mereka, mereka punya passion, mereka punya mimpi dan ambisi. Hanya karena sebuah keadaan yang tidak menguntungkan (belum bertemu waktu, tempat dan orang yang tepat), mereka terpaksa terjebak dalam sebuah pekerjaan yang tidak mereka sukai. Tuntutan hidup dan prejudice kita membunuh potensinya. Siklus ini akan terus terulang, tergantung dari keputusan kita secara pribadi untuk membuat sebuah perubahan.
Matius 4:19
"Mari ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia."

Apakah yang terjadi bila dulu Yesus tidak memanggil mereka? Mereka pastinya akan tetap menjadi seorang nelayan. Orang yang sederhana dan dipandang sebelah mata. Hidup mereka tidak memiliki pengaruh signifikan dalam kehidupan orang lain. Lalu seiring dengan bertumbuhnya percaya diri para murid, mereka bisa mengajar dengan luar biasa, bahkan mereka menjadi pembuat mukjizat. Meski dahulu beberapa dari mereka hanya seorang nelayan sederhana. Bayangkan saja bila di zaman ini ada seorang nelayan yang tiba-tiba berubah menjadi seorang dosen tanpa pernah kuliah dan menyandang gelar. Bahkan bayangkanlah bila seorang nelayan sederhana yang memiliki keterbatasan dimana-mana bisa membuat mukjizat. Ya! Itulah yang terjadi pada diri murid-Nya.

Tuhan bisa memakai hidup siapapun dalam hidup kita untuk mendatangkan kebaikan, tanpa memandang latar belakang dan pekerjaan mereka. Semua profesi yang halal adalah mulia bila dikerjakan dengan cinta dan ketekunan. Di balik profesi, ada sebuah keutuhan identitas yang tidak bisa dijabarkan dengan sebuah kata. Belajarlah memandang sebuah pribadi secara utuh, buanglah prejudice.

Be a good supporter bagi saudara Anda, be agood supporter bagi pasangan Anda, be a good supporter bagi anak Anda, be a good supporter bagi orang lain. God Bless You!

0 comments: